Sekitar 300 warga Amerika Serikat berusaha bergabung dengan milisi negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), serta kelompok radikal Islam lain di kawasan tersebut. Beberapa di antara mereka naik ke posisi senior.
Dari jumlah tersebut, 12 di antaranya telah kembali ke Amerika Serikat, meski belum ada yang melancarkan serangan di kampung halamannya.
Hal tersebut terungkap dalam laporan Program Ekstremisme, Universitas George Washington, yang dipublikasikan Senin (5/2).
"Yang kita hadapi adalah sejumlah orang yang kembali," kata Seamus Hughes, salah seorang penulis laporan itu seperti dilaporkan media Amerika Serikat, NPR, Senin (5/2).
"FBI (lembaga intelijen AS) mengkhawatirkan kepulangan gelombang 'diaspora teroris', ini hanya 'tetesan'," kata Hughes.
Jumlah warga AS yang bergabung dengan ISIS tidak diketahui secara pasti. Demikian pula nasib mereka.
Militer AS, komunitas intelijen dan FBI kerap menaksir jumlah secara umum, tetapi tidak pernah memberikan rinciannya.
Laporan Universitas George Washington mencakup periode sejak 2011, saat perang saudara di Suriah meletus. Kelompok ISIS berkuasa, memperluas wilayah, sejak musim panas 2014, menguasai sebagian besar Suriah dan Irak.
Sebanyak 300-an warga Amerika Serikat tersebut mencakup sekitar satu persen dari 30 ribu warga asing yang bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah. Mayoritas berasal dari Timur Tengah, Afrika Utara dan Eropa.
Tim Universitas George Washington mengumpulkan material yang diperoleh secara online, dokumen-dokumen pengadilan, menemui sejumlah pejabat pemerintah, dan mewawancarai mereka yang kembali ke AS setelah bergabung dengan ISIS.
Laporan tersebut menyatakan sepertiga dari 300-an orang itu berhasil bergabung dengan ISIS atau kelompok radikal lainnya.
"Kami berusaha sebaik-baiknya untuk mendapatkan akuntabilitas publik mengenai fenomena ini," kata Hughes sambil mengakui bahwa kemungkinan angka laporannya berbeda dengan jumlah yang diperkirakan komunitas intelijen.
Sekitar 50 warga Amerika ditangkap saat mencoba meninggalkan negara itu, dan tidak pernah berhasil keluar dari AS. Laporan itu mendokumentasikan 64 orang yang mencapai Suriah atau Irak.
Di antaranya Zulfi Hoxha, warga New Jersey keturunan Albania. "Dia sedikit penyendiri. Teman sekolahnya menggambarkan dia sebagai orang yang aneh," kata Hughes.
Dia pergi ke Suriah pada 2015. Otoritas AS menggambarkan dia sebagai "komandan senior ISIS". Dia tampak di dua video propaganda ISIS. Termasuk video di mana dia memenggal seorang tahanan ISIS.
Dari 12 bekas anggota ISIS yang kembali, sembilan di antaranya mendekam di penjara. Dua lainnya telah diketahui aparat penegak hukum, tapi tidak ditahan. Pria ke-12 kembali ke Suriah untuk kedua kalinya dan melancarkan serangan bom bunuh diri.
Laporan itu menyebut bahwa meski belum ada yang melancarkan serangan, satu di antarnaya, Abdirahman Sheik Mohamud, warga Ohio pernah merencanakannay.
Dia bergabung dengan Front Al-Nusra di Suriah, kelompok yang terafiliasi dengan Al-Qaeda. Salah seorang komandannya mengirim Mohamud ke Ohio dengan perintah untuk menyerang fasilitas militer AS.
Mohamud kembali ke Ohio pada 2015. Tak lama kemudian ditahan. Dia mengaku bersalah telah merencanakan serangan. Bulan lalu dia divonis 22 tahun penjara.
Belum jelas bagaimana nasib ribuan orang yang bergabung dengan ISIS lainnya, setelah kelompok itu kehilangan kekhilafahannya. Anggota garis keras diperkirakan akan terus bertempur. Yang lain diduga bakal melintasi perbatasan Turki.
Di Irak, pemerintah mengadili para bekas anggota ISIS. Di Suriah, dimana perang masih berlangsung, situasinya lebih rumit. Menurut pejabat AS, pasukan Suriah Demokratik, milisi yang bersekutu dengan AS menahan ratusan milisi ISIS.
0 Response to "300 Warga AS Bergabung ke ISIS, 12 Kembali ke Amerika "
Post a Comment